ketika gagasan childfree menjadi tren di masa pandemi (sekitar tahun 2021), gue yang sebelumnya beranggapan enggak pengen punya anak karena alasan medis, seolah mendapat penguatan.
kurang lebih sampai dengan tahun ke-3 ini keyakinan gue untuk tidak ingin punya anak, rasanya goyah. bukan goyah seperti gedung pencakar langit diterjang gempa kekuatan 9 SR, tapi lebih ke goyah kayak orang yang limbung setelah minum satu dua slot vodka.
beberapa kejadian di tahun ini sebenarnya yang membuat bayang-bayang punya anak menyelinap hangat di benak gue.
- gue ketemu lagi sama salah satu teman SMA gue yang berhasil membuat gue melihat betapa indah dan bahagianya ketika kehadiran anak memberikan senyuman untuk semua orang (diri sendiri, suami, nenek, kakek).
- gue terlanjur kelamaan berjumpa dengan anak-anak kerabat gue yang 'bermasalah'. ada yang sampai usia 3 tahun belum lancar bicara, ada yang kalau menghadapi makanan kayak menghadapi sakratul maut, dan ada juga yang jari-jari tangannya tidak berkembang sempurna. sebenarnya ini bukan sebuah masalah, tapi sebagai orang luar yang melihat demikian, gue semakin enggan mengasuh anak-anak yang begitu.
- pas gue ketemu sama anak yang 'wajar': banyak senyum, tingkahnya aneh-aneh, gembil-gembil gemas, gue langsung luluh lantak. ya gue tidak bermusuhan dengan anak kecil. bahkan gue senang mendengarkan 1001 imajinasi anak-anak.
- beberapa kali gue lihat pemandangan bapak-bapak bisa mengasuh anaknya dengan ga-tau-mamanya-ada-di-mana bikin gue merasa gue selama ini terlalu meremehkan laki-laki yang mau terlibat dalam pengasuhan anak. temen gue sendiri ada yang jadi bacain buku pengasuhan anak dalam rangka menyambut kelahiran anak pertamanya. gue bangga sama dia sekaligus merasa berpengharapan.
terlepas dari berbagai pemahaman akan otonomi tubuh perempuan yang sudah gue telan selama menjalani perkuliahan kajian gender, pada akhirnya hal yang menggoyahkan gue bukan lagi tentang apa yang gue tahu tapi apa yang gue rasakan dari pengalaman tubuh berdasarkan pengamatan sehari-hari.
jadi gue beneran ga sih ga mau punya anak? atau itu sebenarnya keputusan yang gue buat untuk mengukuhkan otonomi gue terhadap tubuh ini?
Komentar
Posting Komentar
Hai, terima kasih ya sudah mampir untuk membaca. Silakan tinggalkan jejak, barangkali ada jejakmu bermanfaat menyapa orang lain, minimal Admin blog ini.