ilustrasi refleksi halusinatif dari sini kalau lo seperti gue, bekerja di sektor non-profit, kemungkinan besar lo sering dengar kata "refleksi" sebagai substitusi kata "evaluasi". atau kalau lo seperti gue, yang juga banyak terlibat dalam kegiatan gereja, lo mungkin juga akan sering dengar kata "refleksi". misalnya "yok refleksi dulu" setelah suatu kegiatan berlalu. sesungguh-sungguhnya, gue senang dengan kata refleksi. sebagai penulis diari sejak kelas 3 SD, gue merasa cukup terbiasa untuk berproses bersama diri sendiri lewat tulisan. apapun yang gue rasakan, gue tulis. pakai kata-kata kasar, gak apa-apa, toh nanti yang baca gue-gue sendiri juga (ya paling sama keluarga gue lah yang suka ngintip-ngintip itu). tapi sekarang gue jadi keganggu sama penyederhanaan kata "refleksi". semacam mengganti kata pacar sama "HTS" atau "FWB" atau "KJDA", seolah evaluasi, penilaian, pengujian, dan lain sebagainya itu ma...
ilustrasi dari sini ketika gagasan childfree menjadi tren di masa pandemi (sekitar tahun 2021), gue yang sebelumnya beranggapan enggak pengen punya anak karena alasan medis, seolah mendapat penguatan . kurang lebih sampai dengan tahun ke-3 ini keyakinan gue untuk tidak ingin punya anak, rasanya goyah . bukan goyah seperti gedung pencakar langit diterjang gempa kekuatan 9 SR, tapi lebih ke goyah kayak orang yang limbung setelah minum satu dua slot vodka. beberapa kejadian di tahun ini sebenarnya yang membuat bayang-bayang punya anak menyelinap hangat di benak gue. gue ketemu lagi sama salah satu teman SMA gue yang berhasil membuat gue melihat betapa indah dan bahagianya ketika kehadiran anak memberikan senyuman untuk semua orang (diri sendiri, suami, nenek, kakek). gue terlanjur kelamaan berjumpa dengan anak-anak kerabat gue yang 'bermasalah'. ada yang sampai usia 3 tahun belum lancar bicara, ada yang kalau menghadapi makanan kayak menghadapi sakratul maut, dan ada juga yang jar...